Perkenalkan kak nama saya
Rizaldi Primanda Hendardi, NIM 21100117130036, bisa dipanggil rizaldi atau
zaldi dari Teknik Geologi Universitas Diponegoro angkatan 2017. Lahir di Kota Purwokerto
tepatnya Kabupaten Banyumas, Jawa tengah pada 6 Agustus 1999. Lah? Loh? Sopan
sekali kan? Norma kesopanan terhadap orang yang lebih tua ini adalah hal yang
pertama kali saya tingkatkan pada jenjang perkuliahan dengan bimbingan dari
senior.
Sekarang ini saya berkuliah
di Universitas Diponegoro, memasuki perkuliahan semester 2. Tentunya kalian
pasti sering dengar UNDIP kan? Apalagi untuk anak kelas 3 SMA yang notabene
sudah bersiap memilah dan memilih tempat untuk kuliah. Tapi bagaimana dengan
program studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro? Masih banyak kalangan yang
belum mengetahui bahwa di Universitas Diponegoro ini ada program studi Teknik
Geologi. Ya, apalagi senior dalam bidang geologi mengatakan "Teknik geologi bukan jurusan yang popular tapi prospektif".
(Teknik Geologi Universitas Diponegoro 2017)
Perkenalkan nama saya rizaldi... wah tadi
sudah perkenalan, berarti yang ini tidak jadi. Tulisan ini saya buat untuk
berbagi pengalaman tentang jalan hidup saya yang tentunya belum berakhir
sekarang, dan masih sangatlah penuh misteri. Bicara tentang jalan hidup, ada
sesuatu yang membuat saya percaya dan yakin akan sebuah alur yang telah Allah
SWT ciptakan, tidak lain yaitu Qadarullah. Saya dilahirkan dalam keluarga yang
sederhana yang mendambakan impian-impian indah di masa depan dengan perjuangan
serta doa-doa dan syukur selalu ke pada Allah SWT. Semasa lampau saya pernah
diceritakan oleh orangtua saya tentang betapa sulitnya kondisi moneter pada
saat Indonesia krisis moneter hingga PHK dimana-mana. Sampai-sampai berjualan
lada hitam dilakukan untuk mengisi keuangan kala masa itu. Hutang pada suatu
Bank pun pernah dilakukan untuk mengolah kembali menjadi modal. Alhamdulillah,
jalan hidup yang diberikan-Nya pasti sesuai kadar kemampuan dari
makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Orangtua saya berhasil melunasi hutang bank dan kembali
medapatkan pekerjaan menjadi seorang guru di sekolah swasta. Saya sendiri semenjak
mulai bersekolah selalu dilatih sebuah etika disiplin yang bisa dibilang semi-militer
(kecuali olahraga yang bebas).
Latihan bersekolah pertama kali di TK
Diponegoro X...(sekian-sekian, karena lupa). Kemudian melanjutkan ke SDN 2
Purwokerto Kidul. Di Sekolah Dasar inilah saya merasakan sebuah potensi dari
teman-teman di lingkungan kelas. Orang yang paling cerdas dan pintar: Asif Humam Rais, paling berbakat dalam
berbicara: Ibnu Masura (Benu),
paling berbakat olahraga: Syarief Faizal
Bachri (Ical), paling berbakat gelut: Elang
Megantara & Makhful Hanif Al-Wafi. Ketika SD ini saya masih belum
memikirkan tentang masa depan yang sesungguhnya serta jalan hidup kedepannya,
yang ada dipikiran saya mungkin hanya “madangisingsinaukaroturu”
padahal orangtua selalu menargetkan saya menjadi ranking 1 di SD (Orangtua saya
ingin saya pintar dan berprestasi seperti Asif), berkali-kali diprogram belajar
seperti apapun Cuma mampu bersaing jadi ranking 1 hanya pada Try Out UN tingkat
Kecamatan hahaha. Kebetulan juga ketika melanjutkan ke jenjang selanjutnya
Asif, Benu, dan Ical berada pada SMP yang sama yaitu SMPN 2 Purwokerto,
kebetulan pula kami sebagai angkatan RSBI terakhir pada masa SMPN 2 Purwokerto.
Di jenjang SMP ini mereka bertiga melanjutkan seperti di SD. Asif semakin
pintar hingga mendapatkan ranking yang tinggi, Benu semakin ahli dalam public
speaking dan akhirnya menjadi Ketua Osis SMPN 2 Purwokerto, Ical semakin ahli
dalam olahraga Berenang dan mengikuti lomba-lomba di berbagai tingkatan. Saya
semakin ahli dalam menghabiskan makanan, kadang jadi tim kuat wkwkwk. Di SMP
ini pertamakalinya saya mendalami tentang permainan bola basket, suka sih memang,
apalagi waktu doi nonton, serasa ngedunk padahal pegang tali di ring aja belom
sampe.
Pengalaman pahit saya di SMP ini waktu daftar
OSIS, ditolak karena saat tes
wawancara diberi pertanyaan yang saya tidak tahu artinya saya jawab “mau”.
Kakak OSIS bertanya: “Kalau kamu kepilih jadi pengurus OSIS, kamu mau eksis?”, saya menjawab: “...(mikir
dulu)”, kakak OSIS ngegas: “JAWAB”, saya menjawab dengan pasrah: “Mau”.
Pembicaraan pun dilanjutkan dengan kengegasan kakak OSIS yang saya kebingungan
karena tidak tahu kenapa kakak-kakaknya ngegas dan akhirnya saya di kick dari ruangan J. Dari sinilah permulaan
si anak polos dari desa yang tanpa dosa tidak tahu bahasa gaul dan tidak pula
punya smartphone menjadi tidak suka organisasi siswa yang disebtu OSIS. Masa SMP
adalah masa dimana saya hanya sebas sebas sebas. Sekolah-basket sekolah-basket
sekolah-basket. Tapi beberapa pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan
adalah saat kelas 7B, satu kelas dengan Benu, punya wali kelas disiplin yang
kakak kelas bilang “sangar”. Beliau adalah Ibu
Suwarni, guru mata pelajaran Fisika yang ngajarin pake bahasa inggris di
ulang-ulang sampe sekelas lidahnya kecetit dan hafal, pas quiz aktifin indera
ke enam sambil mata tertutup, ratusan cara nyontek kakak kelas turun temurun
sampai abis. “Measuring is to compare a physical quantity as a quantity used as
unit”, ini adalah salahsatu saksi nyata dari ilmu yang beliau ajarkan pada kami
yang masih terngiang di otak hingga sekarang. Selain itu, kas kelas yang di
wali kan oleh Bu Warni saat itu merupakan kas terbanyak dibandingkan dengan
kelas-kelas lain pada satu angkatan, sisa uang kasnya 1juta++. Bayangin aja,
1juta aja itu sisa kas dari 25 anak
SMP didikan Bu Warni, yang akhirnya dipakai untuk makan-makan di Hotel Horison
bersama beliau.
Masa SMP yang paling seru adalah saat kelas 3
SMP ketika punya teman akrab bernama Ammar Saifullah. Ada siswa baru pindahan dari
NTT, putih kinclong kaya abis dicuci,
namanya Daffa Bayu Cakra Buana (Daponk). Pendiem, sendirian duduk di depan,
akhirnya saya dengan ammar ajak ngobrol. Waktu udah jadi temen akrab, akhirnya
muncul juga kelakuan aslinya. Bertiga jadi tim kocak gajelas ngakak-ngikik
dikelas, dan nilai-nilai ulangannya pun juga gak jelas, padahal udah sebentar
lagi UN. Selepasnya, kami pun lulus dengan nilai seadanya (:v). Kami melanjutkan
sekolah di tempat yang berbeda, saya di SMAN 5 Purwokerto, Daponk di SMAN 1
Purwokerto, Ammar di salahsatu Pondok Pesantren kota Boyolali.
Jenjang selanjutnya adalah SMA, orangtua saya
berharap besar saya bisa diterima di SMAN 1 atau SMAN 2 Purwokerto, tetapi
Qadarullah sudah ditentukan bahwa saya diterima di SMAN 5 Purwokerto (biasa disingkat
SMALA) lewat jalur nilai akhir UN
yang seadanya (:v). Setelah penerimaan peserta didik baru, diadakanlah Tes IQ
(Intelligence Quotient). Pada saat test, saya berangkat belum mengendarai motor,
melainkan naik angkot (angkutan kota) andalan semenjak SMP dengan plat E2,
karena SMP dan SMA saya bersebelahan. Maklum lah, masih siswa baru yang belum
MOS, masih noob, belum siap tempur. Kebetulan saat itu saya satu-satunya siswa
baru yang terlambat masuk ruangan tes, dan ternyata saya juga seruangan dengan
Benu, teman dari SD, SMP, yang akhirnya SMA berada pada sekolah yang sama lagi (mantep). Lalu saya masuk ruangan dan
melaksanakan Tes IQ dengan santai meskipun terlambat, berharap tidak masuk
kategori siswa debil. Setelah rangkaian MOS SMAN 5 Purwokerto selesai,
tiba-tiba saja dari Bimbingan Konseling (BK) ada pengumuman mengenai hasil Tes
IQ yang telah dilaksanakan sebelumnya. Saat Andiokta Dwi Nugraha maju ke depan
dengan posisi peringkat 3 IQ tertinggi SMALA’17 saya tidak kaget, karena Andi
adalah teman SMPN 2 Purwokerto yang notabene dikenal pintar dan rajin belajar
saat SMP, kemudian peringkat 2 saya belum kenal waktu itu siapa. Kemudian,
disebutkan selanjutnya peringkat 1 ada anak perempuan (saya lupa namanya), setelah
itu disebut pula nama saya. Sontak saja saya kaget dan tiba-tiba
didorong-dorong ke depan. Kebetulan saat pengumuman peringkat IQ saya sedang
cincong-cincong coeg ngobrol dengan teman-teman baru. Karena kaget, saya malah
jadi bahan candaan oleh guru BK, beliau adalah Dra. Titis Nurliana. Eits,
candaan ini bukan karena beliau jahat, tapi karena beliau memang orang yang
suka bercanda, apalagi kalau sudah 1 ruangan dengan Ibu Zuliah, S.Pd, ruangan
pasti ramai layaknya suatu pertempuran (bercanda :D).
Pada saat peralihan kenaikan kelas dari kelas
X ke kelas XI, saya pernah mengalami masalah pribadi yang entah bisa tidaknya dibilang
serius hingga saya perlu konsultasi ke BK karena nilai-nilai mata pelajaran saya
anjlok seanjlok-anjloknya seumur hidup bersekolah. Guru BK saya pada saat itu
adalah Ibu Siti Halimah, S.Psi. Beliau sempat membantu mensupport saya untuk
kembali pada keadaan semula meskipun beliau belum mampu mengatasi sepenuhnya. Saya
berusaha menerima Qadarullah yang telah terjadi dan tidak pernah menjadikannya
beban. Alhamdulillah dengan support beliau saya bisa kembali merangkak naik
sedikit demi sedikit, karena saat kelas XI saya ketinggalan pelajaran makannya nilai
tidak bisa meroket. (“meroket” sebenarnya
jahat:v, karena meninggalkan teman-teman disekitarmu yang setara dan sementara
itu menjadikanmu melambung tinggi diatas teman seperjuangan).
Kelas 12 SMA ini adalah masa-masa yang krusial
untuk saya beban ketinggalan pelajaran masih menghantui karena saya tidak
sepenuhnya paham pada materi-materi yang terlewatkan. Semenjak liburan kenaikan
kelas dari XI ke XII yang lumayan lama, saya di instruksikan oleh orangtua
untuk menghabiskan banyak buku SBMPTN (bukan di makan) dan akhirnya saya pun
berhasil menumpaskan lebih dari 5 buku dengan tebal masing-masing setebal
tumpukan 3 unit Handphone ASUS Zenfone C. Meski terkadang saya iri dengan
teman-teman yang posting lagi pada liburan atau pun main-main di Instagram. Sedih rasanya berperang sendirian tanpa
dukungan dari doi sang impian hati (eeeuuuyyy). Hingga masuk di semester
awal kelas XII pun saya masih mengerjakan soal-soal SBMPTN, kadang diejek sih
wkwk, tapi ya mau gimana lagi, Instruksi merupakan sebuah kewajiban dan wujud
bakti pada orangtua untuk dilaksanakan secara maksimal. Sembari mengerjakan
buku-buku SBMPTN, saya juga ikut les di Rumah
Pintar SOLUSI (www.rumahpintarsolusi.com).
Alhamdulillah les di SOLUSI biayanya sangat terjangkau, karena lesnya meliputi
pelajaran biasa, UN, SBMPTN, dan tambahan kelas les MANTAP yang gak ada di tempat manapun untuk semua siswa SOLUSI yang
ingin les untuk kedinasan seperti STAN dan STIS, serta tambahan pembelajaran
diluar jam les normal.
Selain les, saya juga punya kelompok belajar
yang dari segelintir teman-teman yang akhirnya menjadi sahabat super akrab yang
terdiri dari siswa semua kelas MIPA, dari 7 kelas kecuali MIPA 1. Karena kami
merasa belum ada kandidat yang cocok untuk menjaga aktivitas rahasia kami dulu dari
kelas tersebut hahahhaa. Kami terdiri dari 6 bocah loyal dengan karakteristik “berbeda-beda
tapi kucluk juga”. Anggotanya terdiri
dari saya, Athallah Alem Rafitaqi (jarjyt), Bintang Aryananda (siplonk),
Ramadoni Laksanajaya (singob), Jihan Dwianto Faozi (jibod), dan Tangguh
Wicaksana (singgung). Kami memutuskan memberi nama kelompok ini “Alliance”
dan mengubah status dari kelompok menjadi organisasi terstruktur yang terbentuk
pada tanggal 22 Mei Tahun 2016. Tugas
pokoknya adalah mengumpulkan informasi sedetail mungkin saat ada Ulangan Harian,
UTS, UAS, dan mempelajarinya bersama supaya ilmu yang didapatkan merata dan lebih mendalam. Tugas sampingannya yaitu mancing, masak, bakar-bakaran.
Semenjak berkuliah, saya mulai sedikit mulai tersadar ketika mengingat masa lalu dan berpikir bagaimana bisa saya diberi kelancaran dan kemudahan tanpa rasa takut dalam menjalani sesuatu. Padahal, gara saya tidak belajar pun saya takut tidak diterima di sekolah-sekolah favorit. Namun, rencana Allah adalah mutlak adanya dan merupakan satu-satunya yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Saya beragama Islam, saya percaya dan yakin terhadap agama Islam tanpa ragu sedikitpun dengan Allah, Al-Qur'an, Nabi Muhammad, dan seisi alam semesta.
Rajin beribadah sholat 5 waktu ditambah sholat-sholat sunnah sudah pasti akan menimbulkan ketenangan bagi yang melakukannya. Inilah yang membuatku gelisah, saya belum bisa secara untuh dan penuh untuk beribadah untuk mengagungkan-Nya, saya masih banyak melangkah ke jalanan yang gelap gulita, temasuk terperosok dalam ilmu-ilmu asing. Ibadah saya masih kurang, Allah masih berikan saya kebaikan. Kebaikan-kebaikan yang sangat melimpah, beberapa diantaranya adalah rezeki, daya analisa penuh, Ddan salahsatu yang paling baik menurut saya adalah nilai jati diri. Saya bisa mengejar sesuatu yang menjadi target dengan mudah apabila saya mulai serius terhadap hal tersebut. Disaat inilah saya sadar, Allah memberi saya terlalu banyak, padahal saya belum bisa mengabdikan diri kepada-Nya secara maksimal.
Sekian dulu istirahat, kapan-kapan dilanjut
kalau sempat.