Kunjungan

Jumat, 01 Juni 2018

Lembaran Lama yang Terjaga

Dokumentasi Penulis
(Lap. Basket SMA N 2 Purwokerto, 2017)


Judul : Percaya

Oleh : Rizaldi


Di banyak waktu
Di sepanjang jalan
Di mulai muda hingga menua
Di awal hingga di akhir

Qodarullah itu ada selalu
Setenang apapun jalanmu
Sesulit apapun rintanganmu
Semua telah ditetapkan Tuhan mu

Jika telah kau tanam
Kepercayaanmu akan qodarmu
Pada pilihanmu yang terbaik
Itulah saat ujianmu dimulai

Apapun bisa terjadi
Satu yang perlu diketahui
Hanya mempersiapkan diri
Untuk hal yang tidak pasti

Kau tanam kebaikan
Orang kan anggap keburukan
Kau tanam kepercayaan
Orang kan mencampakkan

Kau tanam ketulusan
Orang mungkin akan segan
Kau tanam perasaan
Bersiaplah untuk berganti peran

Kau akan terhimpit
Terbatas di dunia yang tak sempit
Pilihan akan buatmu tersudut
Dari ujung kaki hingga pangkal rambut

Sulit hilang jika sudah percaya
Sulit pergi jika sudah ada rasa
Bismillah aku akan mencapainya
Qodarullah, aku percaya

Jalan ini benar ku rasa
Siap bertahan untuknya
Hingga ia bersama yang ketiga
Atau bersamaku selamanya

"Menulis tak harus romantis
Menulis tak harus agamis
Menulis tak harus puitis
Menulis tak harus kritis"


-Apapun bisa kau tulis.

Sabtu, 19 Mei 2018

Lembaran Baru

Demi Sebuah Penantian

Tetaplah ada meski tak dirasa
Senantiasa bertahan kala suka duka
Dengan asa, mengarungi samudera
Teguh jiwa, walau hati merana

Perlahan datang penuh harapan
Perlahan pergi meninggalkan kenangan
Dikau bak ombak di luasnya lautan
Menggetarkan hati dan segenap pikiran

Tetaplah berada di sana wahai Ombakku
Tetaplah menggetarkan jiwa dan hatiku
Di sini tertanam setiaku untukmu
Bertahan dengan pilu dan haru

Aku akan tetap menanti, ketahuilah
Aku akan tetap memilihmu, pahamilah
Jika kau pilih yang lain, kenanglah
Jika kau tak mau mengenang, lupakanlah

-Sabtu, 19 Mei 2018. Semarang, tanah rantau. 

Rabu, 07 Februari 2018

Semasa X MIPA 4

Kata orang bilang masa SMA itu adalah masa yang paling menyenangkan dan berkesan. Ada diantaranya yang berkata bahwa SMA adalah waktu strategis untuk menikmati masa muda, lihat pemandangan berupa nikmat Allah dilingkungan sekitar, menambah line networking, mendapatkan gandengan yang menawan sesuai keinginan. Tentunya punya tim khusus buat lihat-lihat lingkungan sekitar, apalagi teman seangkatan. Kami tentunya sudah punya titik terang target pengamatan di semua kelas MIPA dan IPS dalam satu angkatan.

Entah bagaimana aku satu-satunya yang telat sadar kalau teman sekelas waktu awal SMA itu ada yang masuk kategori tim kami “MasyaAllah, ciptaan-Mu memang nyata indah adanya”, sebut saja dia mawar. Pastilah teman laki-laki yang berasal kelas X MIPA 4 tau siapa nama asli dari si mawar, apalagi OJAN yang sering genit ke perempuan WKWKWKWKWKWK. Sampai-sampai baru sadar kalau ternyata punya temen sekelas cantik waktu hampir setengah semester karena disadarkan oleh ojan hahahah. Namun, si mawar ini bukanlah bahan perebutan untuk dijadikan gandengan, tetapi malah untuk coba-mencoba bersaing sehat siapa yang paling berhasil banyak berhasil mendekat.

Momen paling kocak adalah saat bakti sosial kelas X, disini banyak hal-hal lucu terjadi. Hal yang paling diingat adalah saat malam-malam setelah pentas kelas dan saat jalan-jalan dapet air minuman yang harus diminum dan rasanya super pahit. Kalau saat malam setelah pentas, Benu berhasil mbati karna jaketnya dipinjem mawar. Waktu dibalikin ke tenda anak laki-laki, direbutin 1 tenda wkwkw. Besok paginya ada kegiatan senam, senam ini berkali-kali di ulang dengan 1 lagu senamnya berjudul Gemu Famire/Maumere. Peserta baksos sangat antusias dan senam berlangsung ramai ricuh, ada yang dorong-dorongan sampai jatuh berkali-kali. 

Selang beberapa waktu, persaingan iseng terhenti, karena di waktu ini mawar sudah dicuri hatinya oleh anak kelas sebelah hahaha. Selain daripada tentang persaingan iseng deketin mawar, laki-laki dari kelas kami dulu sebenarnya merupakan kelas yang masuk kategori lumayan bagus dalam olahraga. Futsal dan basket adalah olahraga yang paling sering ditekuni dan dimainkan dengan maksimal oleh kelas X MIPA 4. Setiap pertandingan classmeeting kelas kami bisa dibilang menyumbang beberapa permainan bagus. Setiap pertandingannya selalu ramai suporter dari anak kelas, yang paling ramai dulu adalah saat pertandingan basket melawan kelas lain yang sesama kelas X juga, kami berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 40-0 tanpa balas!!. Namun, kami gagal mengambil juara 1 karena pertandingan hari esok tidak berjalan dengan mulus. Tim kami kekurangan pemain, karna sebagian besar teman kelas yang laki-laki sedang meriyang tidak enak badan dan tidak berangkat sekolah, apalagi kami juga mendapat lawan tanding dari kelas IPS yang notabene ada Duo Player yang sangat handal bermain basket yaitu Aditya Bagus Ramadhan dan Peter Dimas. Skor akhirnya saya lupa, tapi yang jelas dulu kami kalah telak meski kami tetap mencetak skor. Selain lumayan dari kedua olahraga tersebut, kami juga lumayan dalam pertandingan “Tarik Tambang” dan berhasil mendapat juara 2 paralel karena kalah melawan kakak kelas dan juga saat final salah dalam menggunakan teknik hantam tarik hajarrr.

Dulu juga kami punya pengalaman yang bisa dibilang seru, yaitu bikin contekan sebelum ulangan. Memang ada salah satu teman kami yang Alhamdulillah bertahan dengan prinsip “tidak akan mencontek”, Fadlil Satria Yudhatama namanya. Dia ini satu-satunya anak paling jujur di kelas dan suka membantu teman-teman (kecuali nyontek pas ujian:v). Banyak dari kami membuat “pekpekan/contekan ditulis di kertas yang kecil”. Ada yang dimasukkan ke dalam baju, ditaruh di motor, di kamar mandi, atau di loker tempat duduk. Ciri khas dari salah satu teman kami yang bernama Shafa Fauzan adalah “Fotokopi perkecil ukurannya” biar gampang dipake. Sampai rela hujan-hujan H-1 ulangan jemput pinjem rangkuman temen yang lengkap buat di FC perkecil. Jejak ojan ini banyak yang mengikuti dan Alhamdulillah masih diberi aman hingga akhirnya semua ulangan selesai dan raport dibagikan, bersyukurlah aku peringkat 32 paralel. Pada akhirnya kami semua naik kelas, tetapi terjadi "rolling" dan banyak dari kami yang terpisah-pisah serta ada pula yang masih bersama saat kelas XI.

Selasa, 06 Februari 2018

"Jalan Hidup"

Perkenalkan kak nama saya Rizaldi Primanda Hendardi, NIM 21100117130036, bisa dipanggil rizaldi atau zaldi dari Teknik Geologi Universitas Diponegoro angkatan 2017. Lahir di Kota Purwokerto tepatnya Kabupaten Banyumas, Jawa tengah pada 6 Agustus 1999. Lah? Loh? Sopan sekali kan? Norma kesopanan terhadap orang yang lebih tua ini adalah hal yang pertama kali saya tingkatkan pada jenjang perkuliahan dengan bimbingan dari senior.

Sekarang ini saya berkuliah di Universitas Diponegoro, memasuki perkuliahan semester 2. Tentunya kalian pasti sering dengar UNDIP kan? Apalagi untuk anak kelas 3 SMA yang notabene sudah bersiap memilah dan memilih tempat untuk kuliah. Tapi bagaimana dengan program studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro? Masih banyak kalangan yang belum mengetahui bahwa di Universitas Diponegoro ini ada program studi Teknik Geologi. Ya, apalagi senior dalam bidang geologi mengatakan "Teknik geologi bukan jurusan yang popular tapi prospektif".


(Teknik Geologi Universitas Diponegoro 2017)


Perkenalkan nama saya rizaldi... wah tadi sudah perkenalan, berarti yang ini tidak jadi. Tulisan ini saya buat untuk berbagi pengalaman tentang jalan hidup saya yang tentunya belum berakhir sekarang, dan masih sangatlah penuh misteri. Bicara tentang jalan hidup, ada sesuatu yang membuat saya percaya dan yakin akan sebuah alur yang telah Allah SWT ciptakan, tidak lain yaitu Qadarullah. Saya dilahirkan dalam keluarga yang sederhana yang mendambakan impian-impian indah di masa depan dengan perjuangan serta doa-doa dan syukur selalu ke pada Allah SWT. Semasa lampau saya pernah diceritakan oleh orangtua saya tentang betapa sulitnya kondisi moneter pada saat Indonesia krisis moneter hingga PHK dimana-mana. Sampai-sampai berjualan lada hitam dilakukan untuk mengisi keuangan kala masa itu. Hutang pada suatu Bank pun pernah dilakukan untuk mengolah kembali menjadi modal. Alhamdulillah, jalan hidup yang diberikan-Nya pasti sesuai kadar kemampuan dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Orangtua saya berhasil melunasi hutang bank dan kembali medapatkan pekerjaan menjadi seorang guru di sekolah swasta. Saya sendiri semenjak mulai bersekolah selalu dilatih sebuah etika disiplin yang bisa dibilang semi-militer (kecuali olahraga yang bebas).

Latihan bersekolah pertama kali di TK Diponegoro X...(sekian-sekian, karena lupa). Kemudian melanjutkan ke SDN 2 Purwokerto Kidul. Di Sekolah Dasar inilah saya merasakan sebuah potensi dari teman-teman di lingkungan kelas. Orang yang paling cerdas dan pintar: Asif Humam Rais, paling berbakat dalam berbicara: Ibnu Masura (Benu), paling berbakat olahraga: Syarief Faizal Bachri (Ical), paling berbakat gelut: Elang Megantara & Makhful Hanif Al-Wafi. Ketika SD ini saya masih belum memikirkan tentang masa depan yang sesungguhnya serta jalan hidup kedepannya, yang ada dipikiran saya mungkin hanya “madangisingsinaukaroturu” padahal orangtua selalu menargetkan saya menjadi ranking 1 di SD (Orangtua saya ingin saya pintar dan berprestasi seperti Asif), berkali-kali diprogram belajar seperti apapun Cuma mampu bersaing jadi ranking 1 hanya pada Try Out UN tingkat Kecamatan hahaha. Kebetulan juga ketika melanjutkan ke jenjang selanjutnya Asif, Benu, dan Ical berada pada SMP yang sama yaitu SMPN 2 Purwokerto, kebetulan pula kami sebagai angkatan RSBI terakhir pada masa SMPN 2 Purwokerto. Di jenjang SMP ini mereka bertiga melanjutkan seperti di SD. Asif semakin pintar hingga mendapatkan ranking yang tinggi, Benu semakin ahli dalam public speaking dan akhirnya menjadi Ketua Osis SMPN 2 Purwokerto, Ical semakin ahli dalam olahraga Berenang dan mengikuti lomba-lomba di berbagai tingkatan. Saya semakin ahli dalam menghabiskan makanan, kadang jadi tim kuat wkwkwk. Di SMP ini pertamakalinya saya mendalami tentang permainan bola basket, suka sih memang, apalagi waktu doi nonton, serasa ngedunk padahal pegang tali di ring aja belom sampe.

Pengalaman pahit saya di SMP ini waktu daftar OSIS, ditolak karena saat tes wawancara diberi pertanyaan yang saya tidak tahu artinya saya jawab “mau”. Kakak OSIS bertanya: “Kalau kamu kepilih jadi pengurus OSIS, kamu mau eksis?”, saya menjawab: “...(mikir dulu)”, kakak OSIS ngegas: “JAWAB”, saya menjawab dengan pasrah: “Mau”. Pembicaraan pun dilanjutkan dengan kengegasan kakak OSIS yang saya kebingungan karena tidak tahu kenapa kakak-kakaknya ngegas dan akhirnya saya di kick dari ruangan J. Dari sinilah permulaan si anak polos dari desa yang tanpa dosa tidak tahu bahasa gaul dan tidak pula punya smartphone menjadi tidak suka organisasi siswa yang disebtu OSIS. Masa SMP adalah masa dimana saya hanya sebas sebas sebas. Sekolah-basket sekolah-basket sekolah-basket. Tapi beberapa pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan adalah saat kelas 7B, satu kelas dengan Benu, punya wali kelas disiplin yang kakak kelas bilang “sangar”. Beliau adalah Ibu Suwarni, guru mata pelajaran Fisika yang ngajarin pake bahasa inggris di ulang-ulang sampe sekelas lidahnya kecetit dan hafal, pas quiz aktifin indera ke enam sambil mata tertutup, ratusan cara nyontek kakak kelas turun temurun sampai abis. “Measuring is to compare a physical quantity as a quantity used as unit”, ini adalah salahsatu saksi nyata dari ilmu yang beliau ajarkan pada kami yang masih terngiang di otak hingga sekarang. Selain itu, kas kelas yang di wali kan oleh Bu Warni saat itu merupakan kas terbanyak dibandingkan dengan kelas-kelas lain pada satu angkatan, sisa uang kasnya 1juta++. Bayangin aja, 1juta aja itu sisa kas dari 25 anak SMP didikan Bu Warni, yang akhirnya dipakai untuk makan-makan di Hotel Horison bersama beliau.

Masa SMP yang paling seru adalah saat kelas 3 SMP ketika punya teman akrab bernama Ammar Saifullah. Ada siswa baru pindahan dari NTT, putih kinclong kaya abis dicuci, namanya Daffa Bayu Cakra Buana (Daponk). Pendiem, sendirian duduk di depan, akhirnya saya dengan ammar ajak ngobrol. Waktu udah jadi temen akrab, akhirnya muncul juga kelakuan aslinya. Bertiga jadi tim kocak gajelas ngakak-ngikik dikelas, dan nilai-nilai ulangannya pun juga gak jelas, padahal udah sebentar lagi UN. Selepasnya, kami pun lulus dengan nilai seadanya (:v). Kami melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda, saya di SMAN 5 Purwokerto, Daponk di SMAN 1 Purwokerto, Ammar di salahsatu Pondok Pesantren kota Boyolali.

Jenjang selanjutnya adalah SMA, orangtua saya berharap besar saya bisa diterima di SMAN 1 atau SMAN 2 Purwokerto, tetapi Qadarullah sudah ditentukan bahwa saya diterima di SMAN 5 Purwokerto (biasa disingkat SMALA) lewat jalur nilai akhir UN yang seadanya (:v). Setelah penerimaan peserta didik baru, diadakanlah Tes IQ (Intelligence Quotient). Pada saat test, saya berangkat belum mengendarai motor, melainkan naik angkot (angkutan kota) andalan semenjak SMP dengan plat E2, karena SMP dan SMA saya bersebelahan. Maklum lah, masih siswa baru yang belum MOS, masih noob, belum siap tempur. Kebetulan saat itu saya satu-satunya siswa baru yang terlambat masuk ruangan tes, dan ternyata saya juga seruangan dengan Benu, teman dari SD, SMP, yang akhirnya SMA berada pada sekolah yang sama lagi (mantep). Lalu saya masuk ruangan dan melaksanakan Tes IQ dengan santai meskipun terlambat, berharap tidak masuk kategori siswa debil. Setelah rangkaian MOS SMAN 5 Purwokerto selesai, tiba-tiba saja dari Bimbingan Konseling (BK) ada pengumuman mengenai hasil Tes IQ yang telah dilaksanakan sebelumnya. Saat Andiokta Dwi Nugraha maju ke depan dengan posisi peringkat 3 IQ tertinggi SMALA’17 saya tidak kaget, karena Andi adalah teman SMPN 2 Purwokerto yang notabene dikenal pintar dan rajin belajar saat SMP, kemudian peringkat 2 saya belum kenal waktu itu siapa. Kemudian, disebutkan selanjutnya peringkat 1 ada anak perempuan (saya lupa namanya), setelah itu disebut pula nama saya. Sontak saja saya kaget dan tiba-tiba didorong-dorong ke depan. Kebetulan saat pengumuman peringkat IQ saya sedang cincong-cincong coeg ngobrol dengan teman-teman baru. Karena kaget, saya malah jadi bahan candaan oleh guru BK, beliau adalah Dra. Titis Nurliana. Eits, candaan ini bukan karena beliau jahat, tapi karena beliau memang orang yang suka bercanda, apalagi kalau sudah 1 ruangan dengan Ibu Zuliah, S.Pd, ruangan pasti ramai layaknya suatu pertempuran (bercanda :D).

Pada saat peralihan kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI, saya pernah mengalami masalah pribadi yang entah bisa tidaknya dibilang serius hingga saya perlu konsultasi ke BK karena nilai-nilai mata pelajaran saya anjlok seanjlok-anjloknya seumur hidup bersekolah. Guru BK saya pada saat itu adalah Ibu Siti Halimah, S.Psi. Beliau sempat membantu mensupport saya untuk kembali pada keadaan semula meskipun beliau belum mampu mengatasi sepenuhnya. Saya berusaha menerima Qadarullah yang telah terjadi dan tidak pernah menjadikannya beban. Alhamdulillah dengan support beliau saya bisa kembali merangkak naik sedikit demi sedikit, karena saat kelas XI saya ketinggalan pelajaran makannya nilai tidak bisa meroket. (“meroket” sebenarnya jahat:v, karena meninggalkan teman-teman disekitarmu yang setara dan sementara itu menjadikanmu melambung tinggi diatas teman seperjuangan).

Kelas 12 SMA ini adalah masa-masa yang krusial untuk saya beban ketinggalan pelajaran masih menghantui karena saya tidak sepenuhnya paham pada materi-materi yang terlewatkan. Semenjak liburan kenaikan kelas dari XI ke XII yang lumayan lama, saya di instruksikan oleh orangtua untuk menghabiskan banyak buku SBMPTN (bukan di makan) dan akhirnya saya pun berhasil menumpaskan lebih dari 5 buku dengan tebal masing-masing setebal tumpukan 3 unit Handphone ASUS Zenfone C. Meski terkadang saya iri dengan teman-teman yang posting lagi pada liburan atau pun main-main di Instagram. Sedih rasanya berperang sendirian tanpa dukungan dari doi sang impian hati (eeeuuuyyy). Hingga masuk di semester awal kelas XII pun saya masih mengerjakan soal-soal SBMPTN, kadang diejek sih wkwk, tapi ya mau gimana lagi, Instruksi merupakan sebuah kewajiban dan wujud bakti pada orangtua untuk dilaksanakan secara maksimal. Sembari mengerjakan buku-buku SBMPTN, saya juga ikut les di Rumah Pintar SOLUSI (www.rumahpintarsolusi.com). Alhamdulillah les di SOLUSI biayanya sangat terjangkau, karena lesnya meliputi pelajaran biasa, UN, SBMPTN, dan tambahan kelas les MANTAP yang gak ada di tempat manapun untuk semua siswa SOLUSI yang ingin les untuk kedinasan seperti STAN dan STIS, serta tambahan pembelajaran diluar jam les normal.

Selain les, saya juga punya kelompok belajar yang dari segelintir teman-teman yang akhirnya menjadi sahabat super akrab yang terdiri dari siswa semua kelas MIPA, dari 7 kelas kecuali MIPA 1. Karena kami merasa belum ada kandidat yang cocok untuk menjaga aktivitas rahasia kami dulu dari kelas tersebut hahahhaa. Kami terdiri dari 6 bocah loyal dengan karakteristik “berbeda-beda tapi kucluk juga”. Anggotanya terdiri dari saya, Athallah Alem Rafitaqi (jarjyt), Bintang Aryananda (siplonk), Ramadoni Laksanajaya (singob), Jihan Dwianto Faozi (jibod), dan Tangguh Wicaksana (singgung). Kami memutuskan memberi nama kelompok ini “Alliance” dan mengubah status dari kelompok menjadi organisasi terstruktur yang terbentuk pada tanggal 22 Mei Tahun 2016. Tugas pokoknya adalah mengumpulkan informasi sedetail mungkin saat ada Ulangan Harian, UTS, UAS, dan mempelajarinya bersama supaya ilmu yang didapatkan merata dan lebih mendalam. Tugas sampingannya yaitu mancing, masak, bakar-bakaran.

Semenjak berkuliah, saya mulai sedikit mulai tersadar ketika mengingat masa lalu dan berpikir bagaimana bisa saya diberi kelancaran dan kemudahan tanpa rasa takut dalam menjalani sesuatu. Padahal, gara saya tidak belajar pun saya takut tidak diterima di sekolah-sekolah favorit. Namun, rencana Allah adalah mutlak adanya dan merupakan satu-satunya yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Saya beragama Islam, saya percaya dan yakin terhadap agama Islam tanpa ragu sedikitpun dengan Allah, Al-Qur'an, Nabi Muhammad, dan seisi alam semesta.

Rajin beribadah sholat 5 waktu ditambah sholat-sholat sunnah sudah pasti akan menimbulkan ketenangan bagi yang melakukannya. Inilah yang membuatku gelisah, saya belum bisa secara untuh dan penuh untuk beribadah untuk mengagungkan-Nya, saya masih banyak melangkah ke jalanan yang gelap gulita, temasuk terperosok dalam ilmu-ilmu asing. Ibadah saya masih kurang, Allah masih berikan saya kebaikan. Kebaikan-kebaikan yang sangat melimpah, beberapa diantaranya adalah rezeki, daya analisa penuh, Ddan salahsatu yang paling baik menurut saya adalah nilai jati diri. Saya bisa mengejar sesuatu yang menjadi target dengan mudah apabila saya mulai serius terhadap hal tersebut. Disaat inilah saya sadar, Allah memberi saya terlalu banyak, padahal saya belum bisa mengabdikan diri kepada-Nya secara maksimal.


Sekian dulu istirahat, kapan-kapan dilanjut kalau sempat.